Sejarah Hijaz - Seni dan Desain: Kajian dan Pengetahuan

Sejarah Hijaz

Share:
Hijaz termasuk ibu kota negeri Arab. Dibanding ibu kota lainnya, Hijaz memiliki kelebihan. Hijaz selalu merdeka. Walaupun pasukan Habasyah dan Persia pernah menginjakkan kaki di negeri Yaman atau pasukan Persia dan Romawi juga pernah menjajah sampai ke Harat dan Gassan, kekuatan asing itu tidak mampu menembus sampai ke pusat jazirah Arab atau Hijaz. Barangkali, hal itu disebabkan posisi Hijaz di jazirah Arab dan karena kegigihan seluruh bangsa Arab untuk mempertahankan kemerdekaan negeri yang suci ini.

Di samping itu, Hijaz bukan negeri yang kaya sehingga tidak menjadi impian bagi orang-orang untuk tinggal. Barangkali satu-satunya usaha untuk menjajah Hijaz adalah usaha yang dilakukan oleh Utsman bin Al-Huwairits. Dia masuk Kristen dan berhasil dekat dengan Kaisar Romawi. Dia berkeinginan Mekah menjadi wilayah Romawi dan menjadikan dirinya raja di Mekah di bawah bendera kaisar, sebagaimana raja-raja Gassan. Namun, penduduk Mekah malah melakukan pemberontakan. Dia pun melarikan diri dari Mekah dan berkeinginan agar Kaisar Romawi serta rakyat Gassan menyerang Mekah.

Namun, penduduk Mekah membuat muslihat dengan menyuguhkan makanan beracun kepadanya. Al-Huwairits pun meninggal dunia. Mekah pertama kali dikenal oleh beberapa kabilah dari Imliq. Meski demikian, kesuciannya sudah ada bahkan sebelum periode Ismail. Banyak kabilah Jurhum merantau ke Mekah, lalu tinggal bersama kabilah Imliq. Akhirnya, Jurhum mengalahkan Imliq dan mengusirnya dari Mekah. Pada saat itu, Hajar dan Ismail bertamu ke Mekah. Ismail muda tumbuh di dalam habitat Jurhum dan menikah dengan seorang wanita dari mereka. Ismail bersama ayahnya, Ibrahim, lalu membangun kembali Kakbah setelah adanya banjir besar, sebagaimana disebutkan Al-Quran. Sebuah pemerintahan terbentuk di Mekah untuk melindungi dan menjaga jemaah haji serta mengurus kepentingan mereka. Jurhum menguasai urusan politik, sementara Ismail menguasai urusan agama dan Kakbah.

Hal tersebut seperti menjadi dasar bagi tugas-tugas periode berikutnya yang berkaitan dengan Kakbah. Jurhum menguasai urusan air minum, bendera Kakbah, dan kepemimpinan, sementara Ismail dan anak cucunya menguasai urusan juru pintu Kakbah.


sumber: atlas sejarah islam